BOJONEGORO. Netpitu.com – Bulan Suro bagi suku Jawa merupakan bulan yang disakralkan. Bulan dimana berbagai macam upacara ritual ruwatan tolak bala dilakukan.
Sebagian besar masyarakat Jawa masih meyakini bahwa ada hari tertentu dan saat tertentu pula keadaan manusia pada posisi baik dan buruk. Untuk hal baik tidak perlu dirisaukan namun hal buruk itulah yang harus diantisipasi.
Salah satu cara menghindari keadaan tidak baik adalah dengan mengikuti prosesi ruwatan sebagai bentuk ikhtiar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti hari ini, sebanyak 42 peserta ruwatan massal atau Sukerto mengikuti prosesi acara Ruwatan Massal yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan Pemkab Bojonegoro. acara yang berlangsung di Pendopo objek wisata Kayangan api, Selasa (11/9) .
Prosesi ruwatan ini diawali dengan acara sungkeman kepada masing-masing keluarga yang menjadi peserta sukerto.
Seusai gelaran wayang dilanjutkan pembacaan ritual, pemotongan rambut, basuh muka, penarikan kupat luar, yang mengandung arti bahwa ini membebaskan peserta dari bala, kesialan dan lain sebagainya.
Salah seorang peserta ruwatan yang ditemui Netpitu.com menjelaskan bahwa ruwatan Seger dari Kecamatan Kasiman menjelaskan bahwa dirinya bersama keluarga mengikuti ruwatan karena anak keduanya lahir pada hari Selasa Kliwon.
Menurut orang tuanya bahwa tiron Selasa Kliwon itu termasuk weton atau kelahiran yang keramat. Seger beserta istri menuturkan bahwa dengan mengikuti ruwatan ini sang anak akan jauh dari marabahaya atau sengkolo.
Kebanyakan dari keluarga yang mengikuti ruwatan ini adalah sebagai bentuk usaha agar keluarga mereka selamat, jauh dari bahaya dan senantiasa diberikan pertolongan oleh Tuhan YME.
Dia.menuturkan dengan mengikuti massal ini biaya lebih murah, per keluarga Rp 400 ribu rupiah dan untuk per orang yang mengikuti ruwatan dikenakan biaya Rp 50 ribu rupiah. Ini jauh lebih ekonomis dibanding menggelar Ruwatan sendiri.
(dan)