BOJONEGORO. Netpitu.com – Peristiwa pelarangan peliputan yang dilakukan oleh oknum petugas keamanan RSUD Sosrodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, membuat Forum Jurnalis Bojonegoro Peduli Kebebasan Pers menggelar aksi damai sambil membentangkan beberapa spanduk di halaman kantor DPRD Bojonegoro. Secara bergantian wartawan Bojonegoro itu mengecam sikap RSUD yang melakukan tindakan penghalangan tugas Jurnalis sebagai pekerja pers, Selasa (4/1/22).
Kekompakan Forum Jurnalis Bojonegoro dalam aksi damai dibuktikan dengan hadirnya beberapa perwakilan organisasi pers di Bojonegoro. Mereka berorasi dengan suara lantang menyampaikan sejumlah tuntutan, bahwa apa yang dilakukan oleh pihak RSUD Bojonegoro adalah bentuk sikap yang tidak harus dilakukan pada pekerja pers karena jurnalis memiliki tugas menggali informasi, menyusun dan menyiarkan berita.
Apalagi saat itu liputan dilakukan diruang publik dan fasilitas umum milik pemerintah. Disebutkan saat itu terdapat kejadian lampu ruangan di gedung RSUD padam. Kejadian tersebut sontak membuat para pasien dan keluarga pasien panik dan berhamburan menuju keluar lokasi rumah sakit. Diungkapkan Dewi wartawan tvOne, peristiwa itu terjadi pada 29 Desember 2021 sekira pukul 21.10 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun tuntutan dan penyampaian aksi yang juga terdiri dari AJI Bojonegoro, SMSI Bojonegoro, FJTB dan Anggota PWI Bojonegoro yang tergabung dalam Forum Jurnalis Bojonegoro Peduli Kebebasan Pers menyampaikan pernyataan sikap, Diantaranya:
- Pers bebas mutlak memberikan informasi kepada masyarakat termasuk dalam memberikan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik,agar masyarakat mengetahuinya.
- Meminta kasus penghalangan liputan ditindaklanjuti sesuai UU Pers.
- Pers bebas memuat pemberitaan tentang segala jenis peristiwa/kasus/kejadian yang melibatkan pejabat negara.
- Mendesak agar APH menegakkan UU Pers dan mendukung keterbukaan informasi publik.
Mengawali orasi, Sekretaris SMSI Kabupaten Bojonegoro, Kustaji, S.E, M.M menyampaikan keprihatinannya terhadap pelarangan atau penghalangan liputan yang dilakukan rekan dari salah satu media.Hal tersebut sangat menciderai tugas dari kebebasan pers.
“Penghalangan liputan wartawan ini adalah mematikan kebebasan pers khususnya yang akan melakukan tugas atau kerja di wilayah kabupaten Bojonegoro,” ujarnya.
“Ini adalah keteledoran pihak rumah sakit, bagaimana dengan RSUD kelas tipe B harus mengalami listrik padam hingga 30 menit, itu nyata-nyata merugikan masyarakat bahkan pasien,” ungkap jurnalis kabarpasti.com dengan nada lantang.
Selanjutnya jurnalis suarabojonegoro.com Sasmito Anggoro juga Ketua SMSI Kabupaten Bojonegoro menyampaikan orasinya, di mana bahwa Pemkab khususnya pihak RSUD Bojonegoro telah melakukan penghalangan, penjegalan, pembegalan tugas dan hak insan media dalam melakukan peliputan.
“Sebab yang ada di Bojonegoro adalah mendeskriditkan kami, memusuhkan kami dengan media dan jurnalis lainnya,” katanya.
“Berita-berita kami yang seharusnya layak diinformasikan kepada masyarakat harus ditandingkan bahkan diplintir dengan berita dari media yang berpihak pada kepentingan penguasa,” tegas Sasmito.
Di saat yang sama,Dengan semangatnya Edi Kuntjoro jurnalis Netpitu.com juga meneriakkan tuntutan pada aksi di depan kantor DPRD Kabupaten Bojonegoro.
“Kita datang kesini untuk kemerdekaan kebebasan pers,sebab kita dilindungi oleh Undang-undang Pers, yang dibuat dan diundangkan berdasar undang undang dasar 1945. Sehingga kita bekerja secara profesional sesuai kode etik jurnalistik,” teriak Edy Kuntjoro.
“Kita tidak iri dengan media yang berpihak pada pemerintah,namun entah itu siapa saja pejabatnya secara tegas kita tidak boleh takut dan harus melawan, sebab tugas kita mencari informasi untuk masyarakat.Dengan datang ke DRPD diharapkan dapat menjembatani dengan pihak RSUD,” tungkasnya.
Guna mendengar tuntutan yang disampaikan forum jurnalis Bojonegoro peduli kebebasan pers,pimpinan DPRD Kabupaten Bojonegoro selanjutnya mengajak berdiskusi di ruang paripurna.
(yon/pur)