Kabupaten Lumbung Energi Kemiskinannya Menurun Hanya 1.300 Jiwa

BOJONEGORO, Netpitu.com – Setelah sekian lama memimpin dua periode, baru kali ini faktor investasi, UMKM serta program Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC) merupakan program yang dirasakan dapat menurunkan angka kemiskinan. Hal ini seperti dilansir BPS yang menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Bojonegoro mengalami penurunan.

Entah disadari atau tidak namun program tersebut mulai menunjukkan dampak positif bagi masyarakat kita. Seperti disampaikan Suyoto saat Rapat Koordinasi Pembangunan Desa yang digelar hari ini di Pendopo Malwopati Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Rabu (5/6) pagi tadi.

Kita telah mendengarkan paparan BPS dimana jumlah penduduk miskin kita mengalami penurunan yang menggembirikan dimana ditahun 2016 jumlah penduduk miskin kita 19.399 jiwa kini menjadi 18.099 jiwa atau menurun 1.300 jiwa, ujar sang bupati dua periode ini.

Tak hanya itu, sejarah kemiskinan kita yang selama ini berkutat di 10 besar daerah miskin di Jawa Timur. Ditahun ini kita berhasil keluar dari 10 besar daerah miskin. Pada 2008 kita termasuk 3 besar daerah miskin kemudian ditahun 2015 kita peringkat 8 besar dan ditahun 2016 ini kita berhasil keluar dari 10 besar kabupaten miskin di Propinsi Jawa Timur.

Namun ini tak membuat kita berpuas diri, menurut pria yang pernah batal mencalonkan gubernur DKI ini, GDSC menjadi salah satu faktor yang mampu meningkatkan kemampuan warga Bojonegoro. Karena GDSC ini memiliki fokus pada penurunan kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro. Salah satu intervensi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah dengan alokasi anggaran dibidang kesehatan khususnya pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang mencapai 60 milyar rupiah setiap tahunnya.

Kita harus menjaga agar warga kita yang rentan miskin tidak jatuh di kondisi miskin hanya karena habis untuk biaya pengobatan karena sakit. Hal lain yang membuat geliat ekonomi di Bojonegoro dengan daya beli masyarakat kita meningkat dengan adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) dibidang pendidikan yang dikucurkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Hal lain adalah dimana pergerakan sektor UMKM, wisata dan industri masuk desa juga turut serta menggeliatkan ekonomi di sektor pedesaan. Suyoto mengakui bahwa jika hanya bersandar pada sektor pertanian maka akan berat. Karena banyak penduduk kita yang mengaku petani akan tetapi tidak memiliki lahan. Berikutnya investasi yang masuk di desa menjadi salah satu faktor pemicu.

Karenanya Bupati mengharapkan agar kita tidak menutup diri atau menghalangi pihak yang akan melakukan invetasi diwilayah Bojonegoro. Apalagi pemerintah sudah sedemikian welcome terhadap investasi, pungkasnya

(Dan)