Bupati Anna Muawanah Usul Perubahan Nama Blok Cepu Menjadi Blok Cepu Bojonegoro

PEMERINTAHAN513 views

BOJONEGORO. Netpitu.com – Tentang penyebutan lapangan Minyak Blok Cepu yang berada di Kabupaten Bojonegoro dianggap salah oleh Bupati Bojonegoro, DR. Hk. Anna Muawanah.

Hal tersebut diungkapkan saat Bupati Bojonegoro itu menetima kunjungan anggota DPR RI Komisi Vll, di rumah dinas Bupati, Jumat (5/10).

Kepada anggota Komisi VII DPR RI, Bupati Anna mengusulkan agar ada penambahan nama lapangan Migas yang dikelola Exxonmobille Cepu Lemited – Pertamina dan konsursium BUMD tersebut menjadi Blok Cepu Bojonegoro.

Menurut mantan anggota DPRRI Fraksi PKB itu, pastinya dulu ada sejarah yang keliru. Sehingga nama lapangan minyak di wilayah Kecamatan Gayam, Kalitidu dan Ngasem tersebut diberi nama Blok Cepu. Tanpa menyebut identitas Kabupaten Bojonegoro, dimana lokasi sumber Migas tersebut diambil.

“Ini ada sejarah yang keliru,” kata Bupati Bojonegoro Ana Mua’wanah saat menerima rombongan Komisi VII DPR RI, di rumah dinasnya Jumat malam (5/10/18.

Penambahan nama Bojonegoro di belakang Blok Cepu perlu dilakukan. Lantaran selama ini banyak orang beranggapan jika Blok Cepu lokasinya ada di Cepu, Propinsi Jawa tengah. Padahal faktanya tidak.

“Lokasinya ada di Bojonegoro sehingga penyebutannya Blok Cepu Bojonegoro. Sejarah yang keliru inilah yang harus diluruskan,” tandas Anna Muawanah.

Selain itu, Bupati Bojonegoro, kepada rombongan Komisi Vll DPR RI, yang diketuai Ridwan Hisyam, juga berharap agar sebagian besar industri pengolahan minyak yang diambil dari lapangan Blok Cepu bisa diolah di Bojonegoro.

Menanggapi aspirasi Bupati Bojonegoro tersebut Ridwan Hisyam, akan membawa aspirasi perubahan nama dari Blok Cepu menjafi Blok Cepu Bojonegoro tersebut ke tingkat pusat.

Mengingat produksi minyak blok Cepu setiap harinya mampu menyumbang kebutuhan produksi minyak nadional sebesar 20 – 30 persen. Maka wakil raktat itu sepakat dengan apa yang disampsikan Bupati Bojonegoto, Anna Muawannah.

Baik soal penambahan Bojonegoro maupun soal penempatan industri pengolahan minyak di Bojonegoro.

(red)