Membaca Strategi Politik Suyoto Dalam Pilkada Bojonegoro

OPINI, PERISTIWA517 views

Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati. Inilah peribahasa yang acap kali digunakan untuk menyindir orang yang suka bicara ngobral janji namun tak pernah ditepati.

Nampaknya tak berlebihan jika peribahasa itu ditujukan kepada bupati Bojonegoro, Suyoto.

Sebagai Bupati dua periode yang akan mengakhiri masa jabatannya di pertengahan Maret 2018 nanti, Suyoto, praktis bakal kehilangan kekuasaannya sebagai pemimpin tertinggi di Pemeritahan Bojonegoro. Lantaran Undang-undang Pemilukada membatasi kekuasaan jabatan seorang Bupati hanya dua periode.

Sebelumnya dengan semangat luar biasa, Suyoto selalu mengatakan bahwa keluarganya ( anak dan isterinya ) tidak akan mencalonkan sebagai Bupati ataupun Wakil Bupati dalam Pemilukada yang bakal digelar serentak pada 2018 ini.

Untuk menyakinkan publik ia berterus terang mendukung pencalonan Kuswiyanto, anggota DPR RI dari Fraksi PAN dan juga Basuki, Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Perdagangan. Dipundak kedua sosok pilihannya itulah (harapannya) nantinya kendali kekuasaan di Bojonegoro ini akan dierahkan.

Bahkan Suyoto pun sempat mensetting Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Hartono, untuk dicalonkan sebagai Bupati Bojonegoro yang dipasangkan dengan Mufidoh Suyoto.

Namun al hasil akhir dalam kalkukalsi otak-atik politi Suyoto, Mufidoh-lah yang menjadi pilihan utamanya untuk meneruskan kendali kekuasaan Suyoto di Bojonegoro.

He he, saya tiba-tiba teringat tatkala Bupati Kediri Sutrisno, saat mengeluarkan dua jagoannya dari kandang rumahnya. Keduanya adalah isteri-isteri Bupati Kediri yang ditarungkan dalam satu palagan Pilkada Kediri.

Pastinya, siapapun yang menang tetaplah sang isteri Bupati Kediri waktu itu.
Untungnya Suyoto hanya punya satu isteri sehingga yang dipertarungkan juga satu-satunya isterinya.

Namun demikian tidaklah dikata cerdik jika Suyoto tak mampu mempetakan Pilkada Bojonegoro. Suyoto punya jurus dan strategi lain dalam memenangi Pilkada Bojonegoro ini.

Lantaran selain isterinya yang dimajukan sebagai calon Bupati, Suyoto juga punya jagoan lain, seperti Basuki (Kepala Dinas Perdagangan ) dan Soehadi Moeljono ( Sekretaris Pemkab Bojonegoro ) yang juga disebut-sebut sebagai jagoan alternatif Suyoto.

Inilah yang dalam strategi perang Tzun Sui disebut sebagai taktik pengalihan agar sasaran atau target terlindungi.

Nampaknya memang mereka berseberangan dan akan saling menyerang dalam masa kampanye nanti. Tetapi pada dasarnya perhitungan siapa mengalah dan siapa pemenangnya, Suyoto-lah yang bakal menjadi sang pemegang kendali.

Lantas siapakah sebenarnya musuh Suyoto dalam Pilkada 2018 nanti. Perkiraannya hanya ada dua yaitu, Anna – Wawan, dan Setyo Hartono – Sutrisno.
Jangan terkecoh…!.

Penulis : Edy Kuntjoro.
Pimpinan redaksi netpitu.com