Ditulis oleh : Edy Kuntjoro.
NETPITU. – Kisruh dalam Konfercab Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bukanlah peristiwa yang pertama kali terjadi di tubuh partai Banteng ini, terutama Bojonegoro. Keributan ini bisa dikatakan sebagai proses dinamika demokrasi yang normal. Apapun hasilnya itulah rekomendasi dan harapan DPP PDI Perjuangan.
Kader PAC boleh bersuara lantang, bahkan kecewa karena nama calon yang diusulkan tidak sama dengan kehendak DPP. Tetapi yang harus dingat oleh semua kader pengurus, partai harus tetap bekerja melayani rakyat konstetuen.
Saya yakin semua kader PDIP memiliki semangat membara dalam memperjuangkan keinginan rakyat, sekaligus membesarkan massa partai. Tetapi yang harus diingat pula, kader partai tidak boleh loyo bahkan keluar meninggalkan rumah partai hanya lantaran nama calon ketua yang diusulkan tidak masuk dalam rekomendasi DPP.
Keluarnya rekomendasi DPP PDIP menunjukkan bahwa DPP telah bekerja untuk menyeleksi secara diam-diam tanpa diketahui oleh pengutus partai. Untuk mencari madukan, siapa yang pantas duduk sebagai nahkoda partai di Bojonegoro dalam 5 tahun ke depan.
Jika nama Budi Irawanto ( ketua DPC PDIP ) dan Doni Bayu Setyawan ( Sekretaris DPC PDIP ), tidak masuk dalam rekomendasi DPP PDIP. Bukan berarti kedua nama tersebut tidak dikehendaki oleh pimpinan pusat. Namun lebih pada regenerasi kader pimpinan.
Budi Irawanto, yang kini telah menjadi wakil bupati Bojonegoro, sudah memimpin DPC PDI Petjuangan Bojonegoro selama 3 periode masa jabatan. Dan sekarang sudah memduduki jabatan di pemerintah sebagai wakil bupati. Sudah selayaknyalah jika harus diganti dengan kader yang lain agar bisa lebih fokus pada tugasnya melayani rakyat untuk mencapai kesejahteraan.
Doni Bayu Setyawan, sekretaris DPC PDIP Bojonegoro, ini memang harus banyak belajar dan menyerap ruh perjuangan marhein. Saya yakin pada masanya nanti ia akan pemimpin partai Banteng di Bojonegoro. Karena Doni yang lahir dari rahim marhein masih leluasa bisa berjuang memperjuangkan kepentingan rakyat melalui lembaga legeslatif.
Sekarang, rekomendasi DPP PDIP yang memilih Abidin Fikri, Hasan Abrory, dan Bambang Sutriyono sebagai pemegang kendali DPC PDIP Bojonegoro, sebenarnya sudah tepat. Kolaborasi antara kader senior dan kader muda.
Duet Abidin Fikri dan Hasan Abrory, adalah pertaruhan GMNI. Lantaran keduanya lahir dari organusasi pergerakan mahasiswa nasionalis.
Abidin Fikri, adalah anggota DPR RI dua periode Dapil IX Jawa timur. Sudah membuktikan dirinya sebagai kader dan pekerja partai yang baik. Abidin Fikri telah memberikan komitmennya sebagai wakil rakyat. Banyak program pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat yang telah dikucurkan ke Bojonegoro – Tuban.
Abidin Fikri yang tumbuh dari gemblengan Taufik Kemas, bukanlah orang baru di tubuh PDIP. Abidin Fikri juga salah satu tim perumus empat pilar MPR, yakni UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Iahir dan tumbuh sebagai politikus dangan banyak batu ujian.
Jika sekarang ia diberi mandat kepercayaan oleh DPP PDIP untuk meminpin DPC PDIP Bojonegoro itu sudah sangat layak, diukur dari kompetensi dan kapasitasnya sebagai kader partai.
Sangat tidak elok, jika ada PAC yang mengatakan tidak kenal Abidin Fikri, atau bahkan mempertanyakan kinerjanya. Padahal kinerja kader partai sangat jelas ukurannya. Yakni massa pendukung atau pemilih, dan pemenuhan program kesejahteraan rakyat apabila dia terpilih menjadi anggota perwakilan rakyat.
Selain itu, apa untung ruginya ribut jika mekanisme konfercab itu sudah sesuai ketentuan tata tertib dan AD ART partai.
PAC, DPC, dan DPD memang diberikan hak mengusulkan nama-nama calon ketua. Namun yang kudu dipahami DPP juga memiliki hak yang sama dengan PAC, DPC dan DPD. Yakni hak mengusulkan calon nama ketua DPC. Inilah kesimbangan yang harus selalu dijaga oleh semua kader.
Jika semua punya hak, mengapa harus menolak hak DPP. Ini jelas tidak demokratis.
JAS MERAH.
Jika dirunut dari sejak reformasi, hasil Pemilu legeslatif 1999, PDIP Bojonegoro berhasil menempatkan 14 kadernya di kursi DPRD Bojonengoro dari 45 kursi yang tersedia. Kemudian pada Pemilu 2004 merosot menjadi 8 kursi dan merosot lagi menjadi 5 kursi pada Pemilu 2009, 2014, dan 2019 tahun ini.
Meski dari hasil Pemilu 2019 PDIP masih bisa mempertahankan 5 kursi DPR Kabupatennya. Namun secara kualitas PDIP kalah besar, karena harus kehilangan kursi perwakilannya di Dapil 3, Balen, Sukosewu, Sumberejo dan Kanor. Padahal Dapil ini dikenal sebafai kandang Banteng. Kok bisa kalah.
Diakui atau tidak hasil ini menunjukkan ketidakkonsistenan kerja pengurus partai. Daya juangnya menurun dan daya gempurnya loyo.
Dalam pengamatan saya, salah satu faktor yang menjadikan menurunnya massa partai karena kader pengurus partai yang tidak konsisten dan komit terhadap perjuangan partai.
Ketika seorang kader pengurus tidak lagi dipilih sebagai unsur pimpinan langsung tiarap bersama-sama dengan massa pendukungnya, menghilang dan pindah partai. Inilah kelemahan mendasar yang harus segera disadari oleh kader banteng Bojonegoro.
Sebaliknya bagi kader yang sudah terpilih menjadi pimpinan partai enggan meninggalkan kursinya dan berusaha keras mempertahankan posisinya.
Jika hasil kinerja kepemimpinan di partai baik dan mampu bekerja maksimal dalam membesarkan massa partai serta mensejahterakan kader dan massa konstituennya barangkali hal tersebut akan menjadi pertimbangan khusus pihak DPP.
Tapi jika sebaliknya kondisi partai malah terpuruk, ya mau tak mau merea harus legowo untuk diganti dengan kader yang lain. Inilah proses alam yang tidak bisa dihindari, daun kering pasti bakal runtuh hanya karena tiupan angin.
Kepada saudara-saudaraku yang direkomendasikan DPP PDIP saya ucapkan selamat karena telah masuk dan lolos dalam seleksi partai. Setelah nanti mendapatkan ketetapan atau keputusan, bekerjalah yang baik sesuai harapan DPP. Cari dan galang kekuatan marhein tanpa lelah. Cari….cari….cari….dan kumpulkan marhein sebanyak-banyaknya. Jangan pernah menyerah.
Diluar masih banyak rakyat menderita, melarat, dan sakit-sakitan. Kemiskinan menjadi lawan yang harus dikalahkan. Pendidikan masih berbayar, pengangguran terus bertambah, petani masih miskin.
Perjuangkanlah kepentingan rakyat hingga titik darah terakhirmu. Tujuan perjuangan rakyat tidak untuk memperkaya diri sendiri, kelompok. Tetapi semata-mata untuk rakyat sejahtera, bersatu, dan berkeadilan.
Merdeka…!
Penulis adalah kaum Marhein yang pernah menjadi sekretaris Banteng Muda Bojonegoro tahun 1991, Jurkam PDI 1992, Pemimpin Redaksi netpitu.com