BOJONEGORO. Netpitu.com– Penjualan map ijazah dan map di SMA dan SMK dengan mencatut nama Kepala cabang dinas pendidikan Jawa timur di Bojonegoro dikeluhkan pengusaha lain. Lantaran akibat pratik tersebut usaha pw jualan map ijazah dan map buku raport yang dijalankan oleh Jainul Anang macet dan tak laku.
Diungkapkan Jainul Anang, warga asal Tuban, ia berjualan di sekolah SMK maupun SMA yang ada di Bojonegoro. Setiap SMA dan SMK bahkan selalu pesan dan membeli di tempat dia.
Tetapi di tahun 2022 ada seseorang yang bernama Agil asal Kediri yang datang ke sekolah SMK dan SMA yang ada di Bojonegoro dan Tuban menawarkan map untuk ijazah dan rapot, serta mewajibkan membeli ditempatnya.
” Saat menawarkan map tersebut, Agil mengatakan sekolah SMK dan SMS wajib membeli dari dirinya. Karena itu perintah dari Cabang Dinas,” ungkap Anang.
Akibatnya lanjut Jainul Anang, seluruh SMK dan SMA di Bojonegoro dan Tuban akhirnya takut dan terpaksa membeli di tempat Agil. Dan akhirnya Jainul di blacklist oleh seluruh sekolah yang ada di Bojonegoro,” tambahnya.
“Hingga akhirnya saya dan Agil bertemu. Lalu bertanya siapa dia dan perintah dari siapa,” jelas Jainul.
Menurut Jainul, dari keterangan Agil bahwa perintah dari Cabang Dinas, dan dia merupakan keponakan Kepala Cabang Dinas. Selanjutnya, agar usahanya tidak macet ia memilih kerja sama dengan Agil.
Namun bisnis tidak berjalan mulus, dan malah sebaliknya menjadi hutang piutang. Karena Jainul Anang membawa lari sejumlah uang senilai ratusan juta rupiah milik Agil Mustofa.
Kepada netpitu.com Agil Mustofa menceritakan, mulanya
Anang mengajak ia bekerjasama untuk melakukan jual beli map ijazah dan raport di seluruh lembaga SMA/SMK yang berada di wilayah Bojonegoro – Tuban.
Dan kerjasama ini berjalan dengan lancar, namun di tahun 2022.
Tetapi karena usaha sampingan jual beli ternak ayam milik Anang bangkrut. Anang kemudian menggunakan uang jual beli map sebagai modal usahanya.
“Setelah beberapa bulan berjalan. Uang ijazah sudah diberikan hanya saja map ijazah tidak juga sampai di sekolah-sekolah Bojonegoro dan Tuban,” tegas Agil Mustofa.
Semakin lama hutang kepada percetakan pun semakin menumpuk. Bahkan untuk menyelesaikan tanggungan di percetakan, saat itu Agil pernah mendatangi Anang untuk menagih uang tersebut.
Namun, Anang selalu mengelak dan melakukan berbagai pengancaman. Seperti, jika tidak diberi pekerjaan maka hutangnya tidak akan dibayar.
“Saya lalu memberikan pekerjaan berupa job fotografer wisuda di seluruh SMA – SMK wilayah Bojonegoro dan Tuban. Dan uangnya sempat diminta terlebih dahulu, namun tidak ada hasil dari usaha tersebut,” jelasnya.
Untuk ketiga kalinya, Agil pun mendatangi Anang kembali. Namun Anang tetap sama yaitu melakukan pengancaman.
“Salah satunya dan lebih sering, jika tidak diberikan pekerjaan. Maka tidak akan dibayar hutangnya senilai ratusan juta rupiah,” ujar pria asal Kediri.
Sementara itu, kepala cabang dinas pendidikan Jawa Timur wilayah Bojonegoro- Tuban, Adi Prayitno, saat dikonfirmasi netpitu.com terkait Agil Mustofa yang mengaku dan mencatut namanya dalam usaha penjualan map ijazah dan map buku raport di SMA dan SMK, Adi menjelaskan bahwa Agil bukan keponakannya danmerupakan kerabatnya.
” Keponakan saya hanya 1 yang ikut kerja dengan saya, jadi supir saya, ” jelas Adi Prayitno.
( put )