BOJONEGORO. Netpitu.com – Pasca kepindahan para pedagang lesehan di pasar kota Bojonegoro ke pasar wisata, pihak Pemkab Bojonegoro melalui Asisten I,II,III di dampingi KasatPol PP beserta anggota, Rabu pagi tadi ( 11-01-2023 ) lakukan sidak penertipan ke pasar kota .
Dari Pantauan Media Netpitu.com salah satu Asisten Pemerintah sempat menghampiri pedagang lesehan yang masih mangkal di emperan toko, ia berharap pedagang lesehan tersebut mau pindah ke pasar wisata yang baru-baru ini di resmikan.
Menurut “Asisten III yang membidangi pemerintah, Ninik, begitu diresmikannya pasar wisata tersebut sangat berharap para pedangang lesehan yang masih mangkal di pasar kota segera pindah, lantaran pasar wisata itu tempatnya lebih bersih, sehat dan nyaman.
” Kalau di sini mereka kan tidak mempunyai lapak untuk berjualan, nah kalau di pasar wisata sudah di siapkan lapaknya,” ujar Ninik pada Netpitu.com.
Sementara itu menurut Mbah Sri Tasripah ( 67 ), warga desa Banjarsari yang merupakan salah satu pedagang lesehan di pasar kota, ia hanya mengikuti aturan pemerintah untuk pindah di pasar wisata. Tetapi kemarin begitu ia sudah numpuk KTP ternyata tidak kebagian lapak untuk berjualan.
” Bahkan saya sudah mencoba kemarin malam berjualan di pasar wisata tapi sepi to mas, padahal langganan saya itu di pagi hari ya kecewalah saya,” ujar Sri Tasripah yang. mengaku sudah berjualan lesehan di pasar kota pada saat pagi hari selama 27 tahun.
Bagi Mbah Sri Tasripah berjualan lesehan di pasar wisata saat malam hari sangat merugikannya karena tidak ada pembeli yang datang. Sedangkan selama ini dirinya hanya berdagang pada waktu pagi hari di pasar kota.
Keluhan yang sama juga diungkapkan oleh pedagang lesehan lainnya. Sebab sejak awal 2023 banyak sekali para pedagang lesehan menjerit dan meneteskan air mata. Pasalnya para pedagang lesehan pasar kota harus pindah paksa dari tempatnya berdagang ke pasar wisata yang sudah terbengkalai selama 1 tahun itu.
Salah satu pedangan sayur lesehan Mbah Paenah menjelaskan, lagek sak iki puluhan tahun aku dodolan nek kene dianggep ngerusuhi pasar (baru sekarang saya bertahun-tahun berjualan disini, dianggap mengotori pasar), Selasa (10/01/2023).
“Selawase tahun-tahunan teko tahun 1990 sampek Jamane Bupati Kang Yoto gak tau enek obrak an dipekso pindah dodolan, kabeh bakul lesehan dianggep ngerusuhi pasar (selama bertahun-tahun, dari tahun 1990 sampai masanya bupati pak Yoto, tidak pernah ada gusuran secara paksa untuk pindah berjualan, karena para pedagang lesehan seperti kita ini dianggap membawa kotor pasar kota). Lha wong kita para pedagang juga tiap hari bayar mbak, ditarik sama petugas kebersihan tidak gratis,” ungkapnya dalam bahasa Jawa sambil meneteskan air matanya.
Hal yang sama di ungkapkan oleh pedagang ikan bahwa semua pedagang lesehan harus pindah ke pasar wisata, mau tidak mau harus pindah, dan harus antri ambil no antrian untuk lapak.
“Saya berjualan disini dari tahun 1988 sampai sekarang, tidak pernah mbak ada kata-kata membuat kotor pasar dari pemimpin sebelumnya. Lha ini pemimpin yang sekarang ya Allah kejam sekali, semua pedagang diobrak dipaksa pindah,” ungkapnya penuh kekecewaan.
Lebih lanjut dikatakan, kalau sekarang pedagang pindah pasti akan mati semua pendapatannya, cari pelanggan itu susah, apalagi semua sudah semakin mahal, kami para rakyat miskin harus menelan pil pahit untuk makan.
“Ini sama saja mematikan mata pencarian para pedagang, mereka para pejabat enak mbak, dapat gaji tiap bulan dapat uang. Kita para pedagang jika tidak bersusah payah tidak akan dapat uang.
(put/yon)