Netpitu.com – Tujuh santri Pondok Pesantren Al Hadi, Padangan, Bojonegoro, yang ditemukan terlantar di bekas terminal Pulo Gadung, Jakarta, ternyata sudah keluar dari Pondok Pesantren Al Hadi, Padangan.
Menurut pengakuan KH. Gufron, pengasuh Ponpes Al Hadi, Padangan, saat dikonfirmasi netpitu.com melalui sms pada Minggu (11/6), mengatakan ketujuh santri yang ditemukan terlantar oleh Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Timur tersebut sudah keluar dari Ponpes Al Hadi.
“ Larenipun sampun medal saking lembaga, sampun tanggung jawabe tiyang sepahe ( Anaknya sudah keluar dari lembaga, sudah menjadi tanggung jawab orang tuanya, Red),” ujar KH. Gufron, pengasuh Pondok Pesanten Al Hadi.
Ditanya siapa nama-nama mereka ( ke 7 santri tersebut ), Kiai Gufron pun mengaku tidak tahu.
“ Kulo nggeh mboten ngertos sinten-sinten ( Saya juga tidak tahu siapa-siapa (mereka),” jawabnya singkat.
Berkaitan berita tersebut redaksi netpitu.com berupaya mencari informasi ke Polsek Padangan tentang keberadaan ketujuh santri yang ditemukan terlantar di Jakarta. Kepada Kapolsek Padangan, netpitu.com mengkonfirmasikan berita tersebut. Apakah sebelumnya ada orang tua dari ketujuh anak yang terlantar di Jakarta yang melapor kehilangan anaknya?.
“ Belum mas,” jawab Kapolsek Padangan singkat.
Dari informasi di lapangan membenarkan keberadaan santri Al Hadi tersebut. Namun ketujuh anak tersebut tidak seluruhnya warga kecamatan Padangan.
“ Yang dari Padangan hanya 2 anak, selebihnya 5 anak berasal dari Cepu dan Ngraho,”ujar salah Layla, warga Desa Padangan. Diantaranya, Bidin, Abid, Aldi dan Rizal, selebihnya masih belum diketahui namanya. Darai ketujuh anak tersebut diantaranya ada yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, Al Hadi kelas VII dan ada pula yang masih aktif sebagai santri Ponpes Al Hadi. Selain itu ada pula yang sudah lulus dari Mts Al Hadi.
Sebelumnya diberitakan, berniat mengisi liburan usai Unas 7 santri Pondok Pesantren Al Hadi, Kecamatan Padangan, berpergian ke Jakarta untuk sekedar jalan-jalan ke Monas Jakarta. Tapi lacur, ke 7 santri asal Bojonegoro ini justru malah tersesat, lontang-lantung dan terlantar di Jakarta.
Lantaran mereka tak tahu arah jalan ke Monas. Merekapun kehabisan bekal uang transport dan sempat meminta makanan kepada pedagang di terminal Pulo gadung, Jakarta, untuk mengisi kesosongan perutnya.
Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Timur akhirnya menyelamatkan 7 orang santri telantar di bekas Terminal Pulogadung, Jakarta Timur. Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Benny Martha mengemukakan, anak-anak santri itu dilaporkan warga ke Dinas Sosial DKI Jakarta. Kemudian mereka segera diselamatkan dan dipulangkan ke daerah asal mereka.
“Mereka mengaku dari Pondok Pesantren Al-Hadi yang berada di Desa Padangan, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur,” kata Benny saat dihubungi Minggu (11/6).
Dikatakan, santri-santri itu mengaku ingin jalan-jalan ke Monas dan Bundaran HI, dengan masing-masing dari mereka hanya membawa uang Rp 200-250 ribu rupiah. Sedangkan bus yang mereka tumpangi dari Bojonegoro ongkonya sudah Rp. 200 ribu rupiah.
Santri ini sudah tersesat selama dua hari dan dari keterangannya tidak mempunyai kerabat di Jakarta dan tidak membawa handphone. Santri itu sempat kehabisan ongkos dan meminta makanan kepada pedagang di sekitar Terminal Pulogadung.
“Menurut pengakuan mereka, orangtua mereka atau pihak pondok pesantren tidak mengetahui keberadaan mereka di Jakarta,” ujar Benny.
“Sekarang sudah kami pulangkan ke daerah asalnya Bojonegoro. Kami memulangkan mereka dengan menggunakan Bus hingga sampai di sana,” kata Benny.
(Red)