Sekian tahun silam, ada sebuah adagium berkembang di Jonegoro. Sebuah ajakan sekaligus harapan, bunyinya “kenapa sih seniman, kreator, pekerja seni di Kota Ledre (ini) susah dan tak bisa dibersatukan?”.
.
Terus terang saya menolak adagium tersebut. Kenapa musti dibersatukan, disatukan, dijadikan satu wadah? Pentingkah? Jika penting, seberapa besar kepentingannya? Dan, lagi, untuk kepentingan siapa?
.
Seniman, kreator, pekerja seni, adalah pribadi yang kudu bebas merdeka. Agar selalu mampu memunculkan kreatifitas-kreatifitas anyarnya. Hal baru. Nilai baru. Sebagai pertanda bahwa Ia memang pekerja yang memiliki kreatifitas.
.
Hal yang lain, secara pribadi, seorang kreator selalu memiliki tingkat egoisme tinggi. Dan, ini memang amat dibutuhkan, untuk menjadi pencipta hal baru. Misalnya, dalam mencari, menggagas, mencuatkan ide, gagasan, terbaru. Dalam kreatifitasnya.
..
Kreatifitas memang sebuah nilai yang sangat individualistik sekali. Diolah, direnungkan, dikaji, sebagai sebuah proses kontemplatif yang benar-benar mandiri. Dan, sendiri.
.
Itulah sebabnya, lebih banyak muncul grup/komunitas, semakin baik adanya. Bukan hanya baik secara internal dalam mengembangkan kreatifitas berkeseniannya. Namun juga amat baik untuk sebuah nilai dalam berkebudayaan.
.
Munculnya kantung-kantung kebudayaan baru, kini tak terelakkan. Bukan hanya di medsos yang hiruk-pikuk, melainkan juga dalam wujud konkretnya. Tumbuh suburnya usaha warkop, kafe, resto, dan sejenisnya, secara otomatis melahirkan juga kantung-kantung budaya itu. Yang kian hari kian meriah.
.
Persoalannya, tinggal bagaimana menyiapkan sebuah konsep yang matang dalam kantung-kantung budaya tersebut. Tentu saja diperlukan pemikiran yang panjang dan tak gampang.
.
Demikian halnya jika ada sebuah grup kemudian membelah diri –dengan pelbagai sebab. Lantas masing-masing anggotanya mendirikan grup baru, adalah hal wajar, lumrah dan biasa saja dalam sebuah kreatifitas.
.
Budaya melakukan klaim, bahwa sebagai pencetus, embriyo, pelopor, sudah tak lagi jamannya. Kuno. Seorang kreator kudu pintar menghargai nilai baru. Agar tidak mengalami stagnan dalam dirinya.
.
Mari terus membangun kantung-kantung budaya baru. | Mari terus membentuk komunitas-komunitas baru. | Kita saling bertarung pada kreatifitas-kreatifitas baru. | Tersebab, memang demikianlah tugas seorang kreator.
Ditulis oleh Arieyoko – Budayawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT