BOJONEGORO. Netpitu.com – Kinerja Komite Olah raga Nasional Indonesia ( KONI ) Bojonegoro, patut dievaluasi. Lantaran target 18 medali emas yang disasar KONI luput dari pencapaian. Padahal Rp. 5,7 milayar APBD sudah digelontorkan ke KONI Bojonegoro.
Pada gelaran adu prestasi olah raga 38 kabupaten dan kota se Jawa timur, Bojonegoro hanya menempati posisi ke 10 peraih medali terbanyak dengan hanya mengantongi 47 medali. Dengan rincian, 13 emas, 13 perak dan 21 perunggu.
Posisi ini tak jauh beda dengan Porprov V tahun 2015, dimana Bojonegoro berada di posisi 11, dengan perolehan medali 8 emas, 8 perak dan 9 perunggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal Porprov VI Jatim tahun ini Bojonegoro juga sebagai salah satu tuan rumah. Situasi tersebut seharusnya mampu menjadi pendorong pesatnya perkembangam prestasi atlet Bojonegoro.
Kinerja pengurus KONI Bojonegoro dalam Porprov VI Jatim ini dianggap buruk dan tidak profesional. Khusunya dalam pembinaan prestasi atlet yang dipersiapkan untuk mengikuti Porprov.
Sekretaris PSSI Bojonegoro, yang juga eks. Plt. Ketua KONI Bojonegoro, Abdul Mustajib, mengatakan meski menjadi penyelenggara pelaksanaan Pekan Olah Raga Provinsi ke VI Jawa timur, KONI Bojonegoro, masih belum mampu meningkatkan prestasi atletnya.
Padahal dengan kucuran anggaran yang besar dari Pemkab semestinya bisa mempersiapkan atlet-atletnya lebih matang.
“Apalagi KONI Bojonegoro dipercaya sebagai tuan rumah,” cetus Aki Mustajib. Seharusnya hasil yang diraih atlet Bojonegoro jauh lebih baik dari hasil Pororov V sebelumnya, tambah Mustajib.
Eks Plt. KONI Bojonegoro juga menyoroti tumpang tindihnya kewenangan yang menjadikan KONI tidak profesional.
Dicontohkan, Puslatkab yang semestinya pelaksanaan kegiatannya menjadi domain KONI itu diambil alih oleh Dispora karena terkait persiapan atlit.
“Inilah yang yang menjadikan KONI tidak profesional dan proposional dalam pengambilan kebijakan,” ujar Abdul Mustajib.
Hal tersebut terjadi, karena pada bidang pembinaan prestasi atlet di KONI, didalamnya terdapat pengurus yang juga Kabid Olah raga Dinpora.
Hal ini tentu sangat menggangu pelaksanaan kegiatan Porpov. Lantaran ia harus bertugas dalam pembinaan atlit, tetapi di sisi lainnya ia bertugas sebagai pelaksana kegiatan Dispora.
Ketidaksesuaian yang lain, menurut Abdul Mustajib, adanya anggota pembinaan prestasi di KONI yang juga menjadi ketua di salah satu Cabor. Tentunya hal ini akan berdampak pada kurangnya penguasaan tehnik pada Cabor-cabor yang lain.
“Jantungnya KONI ada di pembinaan prestasi, mas,” tandas Abdul.
Ali pun juga menyayangkan kurangnya kontrol pengawasan penggunaan anggaran dari DPRD yang dianggapnya tidak maksimal sehingga berdampak pada tidak tercapainya 18 trget medali emas yang sudah dicanangkan.
(ro)