JAKARTA. Netpitu.com – Gigi sehat: “Perlu peningkatan Literasi dan Peningkatan pola makan yang tepat”, Dr. Rini Devijanti Ridwan drg.,MKes.
Benar, memang. Itulah yang menyebabkan begitu mahal. Jika kita memasang gigi baru.
“Karena bahan dasarnya, dari titanium. Kita sedang melakukan riset, berinovasi guna mendapatkan biaya termurah. Sehingga, biaya implan, nanti bisa ditekan menjadi 1/5″nya”, begitu penjelasan, Dr. Rini Devijanti Ridwan, drg.MKes.
Drg. Rini, adalah dosen FKG Universitas Airlangga, Surabaya. Sebagai Lektor Kepala.
“Sekarang ini, biaya implan bisa mencapai 20 juta per gigi. Insya Allah, nanti bisa ditekan harganya jika orang mau pasang implan gigi. Tetapi ini masih dalam proses penelitian”, lanjut dokter, yang grapyak dan semanak, pembawaannya ini.
Bu Rini, begitu biasa dipanggil. Lebih memilih menjadi dosen pada pre-klinik. “Sebab, saya suka mengajar di kampus, melakukan penelitian/riset dan kegiatan pengmas”, ujarnya.
Dibandingkan sebagai spesialis, yang lebih ke praktisi. Berpraktek langsung dan membuka klinik. “Karena saya juga ibu rumah tangga. Mesti pandai-pandai membagi waktu. Jika pun berpraktek, cuma sebagai sampingan saja”, lanjutnya, terkekeh.
Pada tesis S2 nya, Rini menulis tentang Antibodi Monoklonal Streptococcos mutan ( S.mutans) 1 (c) k67 kDa, dalam Pasta Gigi, untuk Menghambat Karies Gigi.
Menurut Rini, hasil penelitian itu menguraikan, tentang kemampuan antibodi monoklonal dari S.mutans dalam pasta gigi, untuk menghambat pertumbuhan bakteri utama penyebab karies gigi.
Riset selanjutnya yang dilakukan adalah produksi IgY dari Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis yang dilakukan pada ayam petelor. “Hasilnya kuning telur dari ayam itu, akan menghasilkan antibodi yang dapat dipakai untuk menghambat adherensi dan kolonisasi bakteri penyebab periodontitis.
“Selain itu telur ayam juga dapat dikonsumsi dan mengandung antibodi terhadap bakteri penyebab periodontitis”, terang Rini.
Dengan demikian, telor-telor itu dapat dipasarkan juga dengan kelebihan kandungan antibodinya, hanya perlu sedikit tambahan biaya untuk produksi anibodi tersebut.
“Diharapkan, dalam jangka menengah panjang, dapat membantu masyarakat untuk peningkatan kesehatan rongga mulut. Karena karies dan periodontitis masih merupakan penyakit yang tertinggi.
Situasi terkini. Jika dibandingkan dengan standar di negara maju, barangkali kita ini, berada di angka 60% kualitas kesehatan giginya. Problem kita, disamping kuantitas (jumlah) dokter gigi, juga sebaran tidak merata. “Biasanya, mereka berjubel di kota-kota besar. Semacam, Surabaya, Jakarta dan kota besar lain”, ungkap dokter, yang bersuamikan Insinyur sipil, Wahjoe Pribowo, ini prihatin.
Sebagai dosen, tentu saya ingin mencetak lebih banyak lagi, siswa kedokteran gigi. Dan, hal tersebut, sudah mulai dilakukan pihak universitas. Sekitar 25% lebih banyak, dari sebelumnya. Tentunya harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Kegiatan penyuluhan, seminar, bekerja sama dengan berbagai pihak, sudah cukup gencar. Tetapi kedepannya ini, akan lebih digiatkan lagi.
Tetapi terpenting, dari semuanya itu, adalah bagaimana meningkatkan literasi, dan penerapan pola makan yang tepat bagi masyarakat luas.
Dalam disertasi doktornya, Rini mengungkapkanya dengan judul Identifikasi dan Peran Protein Adhesin Actinobacillus actinomycetemnomitans, terhadap Ekspresi IL-8, Osteokalsin dan MMP-8 pada Patogenesis Periodontitis Agresif.
Dokter gigi, yang dengan seabrek karya tulisan ilmiah, sudah dimuat diberbagai jurnal. Baik dalam negeri mau pun luar. Sebutlah semisal,
tulisannya, “Immuogenic Potency of LPS Actinobacillus actinomycetemcomitans Local Isolate on IgA, sIgA, and IgG Titre in Aggressive Periodontitis. Yang diterbitkan,
Journal of International Dental and Medical Research.
Dan teranyar, 7 August 2021, dalam Journal of Taibah University Medical Sciences.
“A Study of The Mucoadhesive Patches Loaded with Mangosteen Peel Extract in Periodontitis.
Dua penelitian terbarunya, 2021, dalam kaitan dengan “Inovasi Metabolit Sel Punca Gigi Sulung dan Bahan Herbal untuk Pengelolaan Jaringan Periodontal dengan Periodontitis”.
Serta, “Potensi Patch Gingiva Mukoadhesif Nanoemulsi Kulit Manggis untuk Menghambat Kerusakan Tulang Alveolar pada Periodontitis”.
Perolehan Kekayaan Intelektual dan berbagai penghargaan, telah disabetnya.
Pada akhirnya, dokter Rini, yang berputra dua dan sudah bercucu dua ini, berharap, masyarakat kita, semakin aware dengan kesehatan gigi.
Masyarakat pun sendiri, bisa berperan aktif. Semisal, menghubungi organisasi profesi setempat (PDGI), didaerahnya masing-masing. Dan kemudian, pada konteks tertentu, bisa disinergikan dengan pihak Universitas Airlangga, dimana Rini mengajar.
(Kontributor: D. Sukowiradi)