Netizensatu.com – Sikap hidup bersama senasip sepenanggungan merupakan budaya melekat yang tak mudah dilepaskan dari kehidupan santri. Sikap ini yang Jum”at, (14/4 ) kemarin kembali dikukuhkan sejumlah alumni santri Pondok Pesantren Al Falah dalam agenda temu alumni di aula Ponpes Al Falah.
Seusai mengikuti prosesi haul ke 7 KH. Masyhudi Hasan, pengasuh Ponpes Al Falah, Desa Pacul, Bojonegoro, sejumlah alumnus santri Ponpes yang didirikan 1978 itu menggelar pertemuan yang membahas sekitar berbagai persoalan yang tengah dihadapi pondok.
Mulai dari penyelenggaraan haul hingga pembangunan gedung pondok yang mengalami penundaan realisasi pembangunannnya, padahal gedung lama sudah terlanjur dirobohkan.
Dari uraian yang disampaikan Fathul Mubin, ketua panitia haul, tidak persoalan didalam penyelenggaran haul. Soal dana penyelengaraan haul sudah tercukupi bahkan terdapat kelebihan kas meskipun sedikit.
“ Semua dana yang dibutuhkan untuk haul sudah teratasi dan sumbangan yang masuk sudah bisa menutup semua kebutuhan, bahkan lebih sedikit,” terang Fathul Mubin, kepada alumnus yang hadir.
Iapun menceritakan bagaimana cara mendapatkan untuk mencukupi kebutuhan anggaran biaya penyelenggaraan lomba-lomba hingga puncak acara haul. Semuanya tak lepas dari peran santri yang merasa telah menjadi bagian keluarga pondok.
Sehingga setiap ada persoalan yang berkaitan dengan lembaga pondok juga menjadi persoalan mereka bersama, dan dengan ikhlas mereka turut terlibat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Inilah kekuatan santri yang selama ini perannya belum dikelola maksimal oleh setiap pondok pesantren, ujar Heru Suroso, alumnus santri Ponpes Al Falah, dalam pertemua tersebut.
Menurut Heru Suroso, sebaiknya dalam penyelenggaraan acara haul kepanitiannya cukup diserahkan pada alumni santri sehingga para kiai pengasuh pondok tidak perlu turun tangan atau terjun ke lapangan untuk mencari dana pembiayaan dan kebuthan lainnya.
Baca Juga : Ratusan Undangan Banjiri Haul ke 7 KH. Masyhudi Hasan Ponpes Al Falah
“ Saya usul acara haul cukup penyelenggaraannya diserahkan kepada alumni santri,” ujar Heru Suroso. Mengingat kekompakan para alumnus santri Al Falah tentunya hal seperti ini tidaklah sulit untuk direalisasikan.
Juga berkenaan dengan kebutuhan pembangunan kembali gedung pondok yang terlanjur dirobohkan. Heru Suroso mengusulkan agar realisasi pembangunannya bisa dilakukan dengan melelang bantuan (sumbangan) kebutuhan yang ditawarkan kepada para alumni santri.
Karena jika hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah tentunya hal itu akan sulit segera terwujud lantaran anggaran pemerintah saat sekarang tengah dalam pengetatan. Sebaliknya jika menunggu terlalu lama justru akan menggangu proses belajar mengajar di Pondok Pesantren.
Atas persoalan tersebut Heru Suroso pun mengusulkan pada pengasuh pondok agar pembangunan gedung ruang kelas pondok ditawarkan kepada alumni Ponpes Al Falah.
Baca Juga : Haul KH. Masyhudi Hasan pun Jadi Ajang Reuni Santri
Semisal, kata Heru, santri bisa saja menanggung kebutuhan semen sekian sak atau kebutuhan besi tulang sekian batang, dan seterusnya. Hingga semua kebutuhan pembangunan terpenuhi tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah dan kiai pengasuh pondok tidak perlu turun gunung membawa proposal kesana-kemari.
Hal yang sama juga diungkapkan Khoirul Anam, alumnus santri Al Falah dari Kecamatan Ngasem, mengatakan jumlah alumni santri Al Falah yang tersebar di Kecamatan – kecamatan sangat banyak. Jika dihimpun dan dikelola dengan baik tentunya akan menjadi sumber kekuatan tersendiri bagi pondok.
Terlebih semua persoalan yang berkaitan dengan Pondok Pesantren itu juga menjadi bagian persoalan mereka. “ Hati para alumnus itu telah menyatu dengan pondok, jadi mereka tak terpisahkan,”ujar Khoirul Anam.
Jika semua otensi aumni pondok Al Falah dikelola tentunya segala permasalahan yang dihadapi pondok bisa teratasi dengan baik.
( Redaksi )