Catatan Redaksi .
Meski Pemilu Presiden masih setahun lagi baru akan digelar namun publik telah mulai dibikin pusing oleh hiruk-pikuk para buzzer yang dengan giatnya berselancar di media sosial, baik tweeter, facabook, instagram, telegram maupun youtube.
Hampir setiap hari ruang publik kita disuguhi berita-berita politik yang akhirnya membuat kita gerah. Bagimana tidak?, berita dengan narasi yang saling membantai untuk melemahkan elektabilitas dan kredibilitas sang bakal calon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setidaknya ada tiga kubu pendukung dari bakal calon presiden yang sekarang ini sudah sibuk bertarung mencari pengaruh di media sosial.
Ada tiga nama yang diperkirakan bakal calon bertarung merebut posisi calon presiden, Ganjar Pranowo, Prabowo Subiyanto dan Anies Baswedan.
Akankah prediksi tersebut terwujud ?. Tentunya keputusan itu menjadi domain partai sebagai pengusung calon. Karena meski sang bakal calon tersebut memiliki elektabilitas dan popularitas tinggi bisa saja mereka tidak mendapatkan tiket dari partai untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden.
Dari ketiga nama yang diunggulkan sebagai calon presiden hanya dua nama yang sudah mendapatkan dukungan partai. Prabowo Subiyanto yang didukung partai Gerindra dan PKB, dan Anies Baswedan yang diplokamirkan sebagai calon presiden dari partai Nasdem.
Sedangkan Ganjar Pranowo yang dikenal sebagai kader dari PDIP hingga sekarang ini belum ada pernyataan resmi dari PDIP, apakah akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Lantas apa yang bisa diperoleh masyarakat dari perang narasi di media sosial ini. Jawabnya tidak ada, karena perang narasi yang disebarkan bukan perang gagasan bagaimana membangun Indonesia ke depan untuk menuju kesejahteraan dan keadilan sosial sebagaimana cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Para buzzer bakal calon hanya menyuguhkan narasi yang memoles nama baik bakal calonnya dan membantai bakal calon lainnya.
Sebagai pemilih tentunya kita tidak boleh dengan mudah untuk terpancing masuk ke dalam jebakan kampanye para buzzer tersebut. Karena selain tidak memberikan kemanfaatan juga hanya akan memperkeruh pikiran kita dengan konflik yang tak nyata.
Coba bayangkan jika seorang bakal calon yang mampu menarik perhatian dan simpati kita akhirnya tidak mendapatkan tiket sebagai calon presiden. Tentunya pendukungnya akan diliputi kemarahan dan sakit hati.
Untuk menghindari agar kita tidak terjebak dalam perangkap buzzer, sebaiknya kita bisa mengambil sikap tidak peduli dan cuek terhadap informasi apapun terkait bakal calon presiden di Pilpres 2024. Karena toh mereka itu baru sejedar bakal calon dan belum menjadi calon yang layak diperjuangkan kemenangannya.
Ditulis oleh Edy Kuntjoro.
Pimpinan redaksi netpitu.com