BOJONEGORO. Netpitu.com – Di tengah terpuruknya ekonomi pendapatan warga pada saat pandemi Covid19 berlangsung, tak menjadikan pria yang memiliki nama Saji ini patah semangat untuk berpikir kreatif dalam usaha yang digelutinya.
Bahkan ia sendiri tak menyangka jika produk kreasinya saat ini laku keras di pasaran. Tak tanggung-tanggung, barang yang dibuatnya kini telah menyebar dan dipakai hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pengrajin Wastafel portable dengan sistem injak kaki inipun merasa bangga dengan produk yang dihasilkannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ditemui di rumah tinggalnya di Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, yang sekaligus dijadikan tempat workshopnya, Saji tengah merakit satu per satu komponen Wastafel sistem injak kaki yang tengah dikerjakannya bersama tiga orang pekerja lainnya.
“Ngebut pak Saji ?,” Tanya netpitu.com.
“Wah lumayan, pesanan dari luar daerah terus datang. Hari ini saya harus kirim 24 Wastafel ke Cilangkap, Jakarta timur,” jawab Saji, sembari memasang bak wastafel yang dikerjakannya.
“Silakan duduk dulu mas,” lanjut Saji, kepada netpitu.com.
Sesaat menunggu Saji menyelesaikan pekerjaannya, sesekali natpitu.com melihat-lihat barang hasil produksi karya Saji. Ada kursi goyang yang seluruhnya terbuat dari plat besi. Juga tempat vas bunga yang terbuat dari pipa dan besi. Serta beberapa barang lain yang kesemuanya terlihat indah.
“Ya, sebelum pandemi Covid, ini barang-barang yang saya kerjakan. Tapi kebanyakkan vas bunga yang laku. Setelah ada pandemi Covid, pasar menjadi berkurang dan produksi pun mengalami penurunan jauh,” ujar Saji, menyapa netpitu.com.
Dituturkan Saji, dengan adanya pandemi Covid 19 satu setengah lalu usahanya sempat terpukul terkena dampak pandemi. Namun dirinya tidak putus asa dan terus berpikir produk apa yang sekiranya tetap laku di pasaran.
“Justru karena seringnya ada himbauan dari pemerintah bahwa menghadapi pandemi Covid ini perilaku hidup masyarakat harus berubah, terutama soal kebersihan tangan. Maka di benak saya terlintas pikiran untuk membuat wastafel dengan sistem injak kaki ini. Waktu itu pikiran saya sederhana, orang tidak boleh bersentuhan, lha meskipun seseorang itu telah mencuci telapak tangannya tapi kan dia menutup kran air wastafel dengan tangannya juga. Siapa tahu, justru kran air wastafel itu sebelumnya dipergunakan oleh orang penderita Covid19. Dari situlah saya mencoba merancang wastafel tanpa dengan sentuhan tangan, tetapi untuk membuka dan menutup kran air cukup dengan menggunakan kaki,” tutur Saji.
Setelah berhasil membuat wastafel injak kaki, Saji memasarkannya melalui Tokopedia. Hasilnya cukup mengejutkan, kata Saji. Karena setelah itu banyak pesanan datang. Kebanyakan pesanan datang dari luar daerah Bojonegoro. Seperti Jakarta, Jawa barat, Jawa timur, Jawa tengah, Bali, Sumatera Selatan, Sumatera barat, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Hampir semua Kabupaten Kota di Indonesia sudah memakai produk Wastafel injak kaki buatan Saji.
Ada beberapa produk Wastafel yang dibuat Saji. Semuanya dengan sistem injak kaki sehingga praktis tangan tidak menyentuh kran air wastafel.
Di dalam wastafel, selain kran air, juga telah dilengkapi dengan sabun cuci yang cara pemakaiannya cukup dengan kaki menginjak pedal yang sudah dipasang dibagian bawah wastafel.
Dari mulai berproduksi wastafel injak kaki April tahun 2020 lalu hingga sekarang, menurut Saji sudah ribuan wastafel yang diproduksinya. Kebanyakan wastafel yang dibuat sudah dipesan sehingga ia tidak sempat memajang produksi wastafel injak kaki untuk dijual di workshopnya.
“Tidak sempat mandeg, barang jadi langsung dikirim dan terus selalu begitu,” ungkap Saji.
Menurut Saji, harga wastafel bervariasi tergantung pada model dan ukuran wastafel. Harga wastafel injak yang ditawarkan mulai harga Rp. 435.000,-, Rp. 450.000,-, Rp. 500.000,-, dan Rp. 650.000,-.
“Pemasaran melalui Toko pedia, dan Shopee online shop,” tandas Saji.
Meski wastafel portable injak kaki produksi Al Kreatif Saji ini telah dikenal dan tersebar di seluruh Indonesia, namun tidak demikian di Bojonegoro. Sebaliknya, justru belum ada institusi perkantoran baik pemerintah maupun swasta yang menggunakan Wastafel injak kaki buatan Saji.
Diakui Saji, sampai dengan sekarang tidak ada pembinaan maupun bantuan dalam bentuk apapun dari Pemerintah daerah Bojonegoro. Ia berharap adanya kebijakan Pemerintah daerah yang berpihak kepada industri kecil seperti yang digelutinya. Dengan demikian ada keselarasan antara usaha industri dan pasar di daerah atau lokal.
“Sekarang sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA, kan sudah mulai belajar tatap muka. Tentunya mereka juga membutuhkan tempat cuci tangan yang higienis untuk anak didik dan guru. Supaya tidak ada bakteri dan virus yang ditularkan atau menempel di kran wastafel. Dan wastafel injak kaki ini sangat cocok memenuhi kebutuhan kesehatan mereka,” ujar Saji, lebih lanjut.
Untuk tingkat pendidikan anak usia dini dan Taman Kanak-kanak, Saji membuat paket khusus yang harganya jauh lebih murah, yakni Rp. 250 ribu, Rp. 300 ribu dan Rp. 350 ribu. Alasannya, selain faktor komponen bahan baku wastafel yang ketinggiannya berkurang, juga untuk mengenalkan budaya bersih pada anak sejak usia dini.
Penulis : Hari Cahyono.
Editor : Edy Kuntjoro.