BOJONEGORO. Netpitu.com – Empat ahli waris petugas Penyelenggara Pemungutan Suara di Bojonegoro yang meninggal dunia, Jumat (26/4/2019), hari ini berangkat ke Surabaya.
Ke empat ahli waris PPS tersebut penuhi undangan gubernur Jawa timur, Khofifah Indar Parawansa, untuk menerima santunan atas meninggalnya keluarga ahli waris, karena melaksanakan tugas menjadi panitia penyelenggara pemungutan suara pada Pemiku serentak 2019.
Keberangkatan mereka ke gefung Grahadi itu dibarengi oleh komisioner KPU, Mustafirin, dan Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Kusbiyanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ke empat ahli waris tersebut adalah, pertama Moh. Purniawan, anak dari Suparman anggita Linmas Kecamatan Ngasem yang mrngawal jalannya pemungutan suara.
Kedua, Gata Anansyah, anak dari Lu’anto, anggota KPPS Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro. Ketiga, Sukasih, isteri dari Mustakim, anggita KPPS Desa Jampet, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
Dan keempat, Sudiyono, yang merupakan ayah dari Supriyadi, anggota KPPS TPS 10, Desa Meduri, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro.
Menurut penuturan keempat ahli waris PPP dan Linmas yang meninggal dunia, rata-rata keluarganya yang menjadi anggota KPPS tersebut meninggal setelah pelaksanaan pemungutan suara.
“Penghitungannya kan sampai malam sekali ( dini hari ), paginya anak saya ( Suoriyadi ) jatuh sakit. Saat itu langsung dibawa je rumah sakit, tapi pada Jumat malam meniggal dunia,” terang Sudiyono.
Cerita yang sama juga diungkapkan oleh Sulasih, setelah hari penvoblosan dan penghitungan selesai, suaminya pada pagi harinya mengeluh dadanya sakit. Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, pada Rabu, (24/4/2019), suaminya meninggal dunia.
Saat diwawancarai netpitu.com Sulasih masih nampak tidak fokus. Raut wajahnya masih terpatri kesedihan dan memendam duka yang mendalam. Matanyapun terlihat berkaca-kaca, hendak tumpah menahan tangis.
Sementara itu, Moh. Purniawan, anak dari Suparman, anggota Linmas Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro, menuturkan bapak kelelahan seusai hari pencoblosan. Apalagi pulangnya kan menjelang pagi.
“Setelah sakit selama 4 hari, bapak meninggal,” ungkapnya.
Hal tang sama jyga dituturkan Gata Anansyah, anak dari Lu’anto, anggota KPPS Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
Menurut Gata Anansyah bapaknya jatuh sakit saat seusai pelaksanaan Pemilu, 17 April 2019 lalu.
“Seteah dirawat beberapa hari pada Minggu (21/4/2019), bapak meninggal,” kenang Gata Anansyah dengan raut wajah masih memendam duka dan kesedihan.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa timur Khofifah Indar Parawansa, akan memberikan santunan kepada ahli waris atau keluarga penyelenggara Pemilu yang meninggal dunia saat penyelenggaraan Pemilu serentak 2019, yang digelar 17 April 2019 lalu.
Menurut Kepala kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Kabupaten Bojonegoro, drs. Kusbiyanto, pemberian bantuan atau santuanan tersebut sesuai dengan radiogram Gubernur Jatim nomor 270/187/412.305/2019 tanggal 25 April 2019, yang dikirimkan ke Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Dalam radiogram disebutkan, kepada keluarga ahli waris petugas penyelenggara Pemilu yang meninggal karena sakit akibat kelelahan saat penyelenggaraan Pemilu, besuk Jumat, (26 April 2019), diundang ke gedung Grahadi, Jalan Gubernur Suryo No. 101, Surabaya, pada pukul 16.00 Wib, pada besuk Jumat, tanggal 26 April 2019.
Ke empat penyellenggara Pemilu di Bojonegoro yang meninggal adalah sebagai berikut :
1. Supriyadi (22), jabatan sebagai anggota KPPS TPS 10, Desa Meduri, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro.
2. Lu’anto (45), jabatan anggota KPPS Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
3. Mustakim (43), jabatan anggota PPS Desa Jampet, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.
4. Suparman (60), jabatan anggota Linmas Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro.
(ro)