Kata Jenderal Cah Bojonegoro Ini : Keamanan Kita Cukup Terkendali.

BERITA1.591 views

Wawancara khusus wartawan netpitu.com dengan Mayjen TNI Budi Sulistijono

“Ketahanan pangan, sosial dan kestabilan politik bangsa kita, saat ini cukup baik. Itulah mengapa, sebagai faktor penunjang keamanan pada masyarakat dan rakyat, menjadi terkendali juga”, begitu ujar Mayjen TNI Budi Sulistijono.

Ditengah pandemi Covid-19 ini, lanjut Budi, yang dampaknya menyeret pada perekonomian nasional, bangsa ini, alhamdulillah, bisa bertahan.

“Kebijakan pemerintah, yang menyeimbangkan antara kesehatan dan keselamatan rakyat, dengan tetap memperhitungkan roda ekonomi rakyat, sudah benar adanya. Sangat tepat”, kata Budi Sulistyono, jenderal bintang dua, alumni SMA Negeri 1 Bojonegoro 1982 -1983.

Jenderal Budi, adalah lulusan Akmil 1987, dari satuan Artileri Medan.
Berbagai penugasan, sebagai bagian tour of duty, telah dilaluinya. Berpembawaan sederhana. Tetapi intonasi suaranya, begitu dalam. Ketika mesti bicara buat kepentingan bangsa dan negara.

Dengan karakter yang supel. Renyah. Melucu pun, bisa. Wawancara dengan suami dari Vivin Istianah; SH, ini , yang semula direncanakan 30 menit, akhirnya molor hingga 1 jam lebih.

Berikut petikannya:

Reporter (R):” Sehat, Jenderal?”
Budi Sulistijono (BS): “Alhamdulillah, wasyukurillah. Sehat wal-afiat”.

R: “Ditengah situasi pandemi Covid-19. Bagaimana institusi TNI AD, mensikapinya. Khususnya terkait keamanan negara?”

Baca Juga :  Apindo Bojonegoro Usulkan Kenaikan Upah Sebesar 4,82 Persen

BS: “Di negeri ini, tidak ada institusi, yang selengkap kami. Garis komandonya jelas. Dari ujung atas, hingga ke level terbawah. Dari Ibu Kota, Provinsi, Kabupaten, hingga kepelosok daerah terpencil. Semua anggota TNI AD ada disana. Dan mereka, semua mengikuti arahan dan perintah atasan, tentunya sesuai dengan aturan yang benar.

R:”Artinya, TNI AD, solid? Bagaimana dengan isu, ada friksi diinternal?”

BS: “Iya. TNI AD sangat solid. Gak ada itu, yang namanya friksi. Jika pun ada, itu cuma ulah oknum, satu dua orang saja”.

R: “Kalau hubungan TNI dengan Polri, Jenderal?”

BS: “Sangat baik. Kami setiap saat dan waktu selalu berkomunikasi kok. Banyak program-program tertentu, bahkan kami lakukan bersama. Bersinergi.

R: “Misalnya?”
BS: “Terkait ketersediaan logistik pangan, misalnya. Bagaimana distribusinya, bagaimana menanggulangi para spekulan. Kami selalu memback-up. Dan itu berlaku, seluruh Indonesia.”

R: “Contoh lainnya?”
BS: “Terkait keamanan sosial masyarakat. Kami selalu bersama-sama, memberikan rasa aman dan nyaman. Semisal ada masalah konflik didaerah tertentu, kami turun kelapangan berbareng. Sudah barang tentu, kami berdiri dibelakang. Karena memang, itu tupoksi Polri.

Jenderal Budi, kelahiran 18 November 1964, ini adalah kelahiran Bojonegoro. Masa kecil sampai remaja, dari SD hingga SMA, dilaluinya di Kota ini.

Baca Juga :  LPJ BKKD 8 Desa di Padangan Diduga Dipalsukan, Kuasa Hukum Minta Diusut Tuntas di Persidangan

Penghobi olah raga, khususnya bulu tangkis dan basket, kini sudah berbintang dua di pundak. “Kini saya, lebih sering main tenis atau golf”, ujarnya terkekeh.

Bapak 4 anak, dan 3 cucu, ini selalu bersyukur apa yang sudah dikaruniakan Allah Swt, kepadanya. Menjelang usia pensiun, tahun depan, Budi mau menjadi petani saja.

“Saya mulai berlatih bercocok tanam. Kecil-kecilan lah. Ada juga nanam jahe, kopi, hingga rencana mau tanam durian”, katanya, santai.

Wawancara yang dilakukan disekitaran TMII, Jakarta Timur, ini diselingi ngopi dan maksi. Iga penyet pedas dan sate maranggi, itu kita santap dengan lahap. “Biar kita tetap imun”, ucap Pak Jenderal.

Tentu semuanya itu, kita tetap melaksanakan prokes dengan ketat. Berikut lanjutannya:

R: “Jenderal. Saat tour of duty, dalam rangka penugasan. Apa yang menarik dan paling berkesan buat Jenderal?”
BS: “Ada tiga wilayah. Timor Timur, Aceh dan Papua”.

R:”Kenapa begitu?”
BS: “Kan ketiganya daerah konflik. Perlu kecermatan dan ketegasan dalam segala hal. Agar misi tugas lancar dan sukses. Apapun, tugas negara itu, nomer satu”.

R: “Terus?”
BS: “Dari berbagai pengalaman perjalanan tugas itu, kita kian terbentuk menjadi pribadi yang matang. Dan tangguh. Pengalaman penugasan lapangan, apalagi mesti membawa misi penting dan krusial, sangat penting bagi prajurit, seperti kami ini”.

Baca Juga :  Shafa Afriza Qirani, Pesepatu Roda Berbakat Dari Bojonegoro

R: “Selain tour of duty. Barangkali, Jenderal bisa menambahkan cerita tambahan pendidikan. Atau apalah namanya, sehingga bisa seperti, saat ini? Yang paling berkesan, Jenderal?”
BS: “Iya, saat pengalaman menempuh kursus singkat. 3 bulan di Finlandia”.

R: “Sorry, english speaking, General?”
BS: “Of course, bro”.

Kami pun, ber little-little english speaking, dengan santai. Dan, tak terasa, sejam lebih sudah berlalu.

Pertanyaan terakhir Jenderal. (R): “Dengan pengalaman tugas lapangan, pendidikan, kursus beragam, yang seabrek begitu. Andaikan, masyarakat dan rakyat Bojonegoro, 2024, menghendaki Jenderal, mendarma bhaktikan diri, sesudah pensiun nanti, bagaimana, Jenderal?
BS: “Maksudnya bagaimana?”

R: “Semisal, ikut berpolitik praktis. Ikut berkontestasi menjadi pimpinan daerah, sebagai Bupati, begitu?”

Hahaha…tawa derai dari Jenderal Budi, cukup lama. Sejurus kemudian…

BS: “Saya ini, sudah sangat bersyukur pada Gusti Allah. Hidup sudah tidak terlalu “ngoyo” lagi. Menjadi pejabat itu, juga tidak gampang”, ujar mantan Kasdam Hasanuddin ini.

R: “Jadi, Jenderal?”
BS: “Sudahlah, mengalir saja. Jika itu memang keinginan rakyat Bojonegoro, dan Tuhan menghendaki. Saya mengaamiin kan saja”, tutup Jenderal Budi, mengakhiri wawancara.

Kontributor: D. Sukowiradi

3 komentar

  1. Semoga Bojonegoro mempunyai kawasan Industri yang bisa menyerap tenaga kerja lokal sebanyak mungkin dan bisa menghidupkan usaha mikro, untuk itu diperlukan Pimpinan yg berwawasan kedepan dan berpihak pada rakyat Bojonegoro.

Komentar ditutup.