BOJONEGORO. Netpitu.com – Ketua Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah Bojonegoro menegaskan Muhammadiyah Bojonegoro tidak akan menggerakkan masyarakat untuk melakukan demo terkait pembakaran bendera di Kabupaten Garut.
Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua PD Muhammaditah, Suwito, saat mengikuti cangkrukan Polres Bojonegoro, di kantor FKUB Bojonegoro, Jumat (26/10).
Menurut Suwito, PP Muhammadiyah telah mengeluarkan pernyataan sikap untuk tidak melakukan demo terkait hal tersebut.
Lebih lanjut dikatakan Suwito, masyarakat Muhammadiyah harus menjadi masyarakat Islam yang sebenarnya dan tidak menggunakan perbedaan untuk memperuncing perbedaan itu sendiri.
Pada cangkrukan yang digelar Polres Bojonegoro, Jumat (26/10), Kapolres Bojinegoro, AKBP. Ary Fadli, membahas Isu-isu yang berkembang di masyarakat khususnya terkait pembakaran bendera di Garut telah ditangani oleh pihak berwenang.
Jadi, kata Kapolres, semua pihak harus dapat menyikapi dengan tenang terkait hal tersebut. Mahasiswa khususnya harus dapat memahami segala isu yang terjadi dan menyaring kebenaran informasi yang beredar di media.
Dipaparkan Kapolres, dalam kronologinya, sudah terdapat pengumuman sebelum pelaksanaan upacara peringatan Hari Santri, agar peserta tidak membawa atribut apapun selain bendera merah putih.
Namun, terdapat pihak yang memanfaatkan hari santri di Garut dengan membawa bendera HTI dan berusaha mengibarkannya. Kemudian pihak keamanan terkait yakni Banser berupaya untuk mengamankan bendera tersebut dengan tujuan agar pelaku tidak dimassa oleh ribuan orang.
“Pembakaran bendera tersebut dilakukan dengan niatan spontan untuk menjaga ketentraman masyarakat,” ujar Kapolres dalam cangkrukan.
Sementara itu, Dandim 0813 Bojonegoro, Letkol Arh Redinal Dewanto, mengatakan masyarakat perlu mencermati banyak hal terkait pembakaran bendera HTI. Dimana hal tersebut mungkin direkayasa oleh kelompok tertentu seperti LGBT dan korupsi yang tersebar melaui media online dan cetak.
Menurut Redinal, pembakaran bendera di Kab. Garut digunakan dan digoreng oleh pihak tertentu untuk menciptakan ketidakstabilan di tengah masyarakat. Hal tersebut harus diantisipasi khususnya oleh masyarakat Muslim agar tidak terpecah dan terprovokasi di mana banyak pihak yang ingin Indonesia terpecah karena kekayaan alam dan SDM Indonesia yang besar.
Media sosial merupakan salah satu hal yang dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memecah belah masyakarat Indonesia. Generasi muda harus memiliki mental yang siap, tidak mudah emosi dalam menyikapi hal pemecah belah guna menjaga kepentingan orang banyak.
(red)