DELISERDANG. Netpitu.com – Puluhan warga Dusun V, Desa Sambirejo Timur,Kecamatan Tembung, Kabupatn Deliserdang, Sumatera Utara, berbondong-bondong mendatangi rumah orang tua terduga teroris Ardial Ramadhana yang tewas saat melakukan penyerangan di Pos Jaga Mapolda Sumatera Utara.
Mereka berkumpul di dekat rumah orangtua Ardial Ramadhana yang ada di Gang Dahlia 33 dan membentangkan spanduk warna putih bertuliskan kalimat penolakan terhadap kedatangan jenazah Ardial. Mereka juga menolak mensholati jenazah terduga teroris Ardial Ramadhana.
Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa Sambirejo Timur, Pujiono (50) mengkordinir warga memalang jalan masuk menuju rumah orangtua terduga teroris. Dikatakan, aksi ini merupakan bentuk nyata penolakan warga terhadap ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami enggak terima ada teroris tinggal di kampung kami.” ungkap Pujiono, Rabu (28/6).
Menurutnya perbuatan Ardial mencoreng nama baik Dusun V, Desa Sambirejo.
Aksi pemblokiran akses jalan masuk menuju rumah orang tua Ardial ini dilakukan setelah mereka mendengar kabar akan kedaangan jenazah terduga teroris Ardial yang tewas ditembak polisi saat melakukan serangan di Mapolda Sumut.
“Kami dapat informasi katanya jenazah hari ini diserahkan. Terus terang saja, kami menolak jenazah dibawa ke kampung ini,” ungkap Pujiono.
Sementara itu, Pangihutan Nainggolan (66), bilal mayat yang tinggal di Jl Makmur, Dusun V, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Tembung, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara ikut ambil bagian menolak kedatangan jenazah almarhum Ardial Ramadhana, terduga jaringan teroris ISIS.
Pangihutan sengaja ikut ambil bagian untuk menegaskan pada masyarakat bahwa perbuatan teror sama sekali tidak dapat diterima oleh umat muslim.
Saat tiba di depan Gang Dahlia 33, tak jauh dari rumah orangtua Ardial, Pangihutan yang mengenakan baju gamis tampak menyalami sejumlah masyarakat. Pria sepuh ini kemudian mengambil mic dari tangan Ketua LKMD Sambirejo Timur, Pujiono (50).
“Saya selaku Bilal di desa ini dengan tegas tidak akan mensalatkan jenazah teroris. Apapun ceritanya, jenazah teroris itu harus dibawa pergi dari kampung ini,” kata Pangihutan, Rabu (28/6).
Ia mengatakan, perbuatan Ardial mencoreng citra baik Desa Sambirejo Timur. Selama ini, desa yang ditinggali mayoritas masyarakat muslim itu aman dan damai.
“Kami tidak mau desa ini dicap sebagai sarang teroris. Desa ini dihuni oleh umat muslim yang mempedomani Islam Rahmatan Lil alamin,” kata Pangihutan.
Selepas ia berorasi, warga kembali secara bergantian menyampaikan aspirasinya. Adapun tuntutan warga tak jauh beda dengan Pangihutan, yakni menolak kedatangan jenazah almarhum Ardial.
( Red/*)